marquee

Silih Asih ku Pangarti, Silih Asah ku Pangabisa, Silih Asuh ku Pangaweruh

Rabu, 20 Februari 2013

Merdeka Hanya Seruang Sang Penguasa

Lagi-lagi datanglah hari itu...
Ya, hari yang konon katanya negeri ini merdeka...
Hari ke tujuh belas di bulan agustus...
Hari dimana Bung Karno memproklamirkan kemerdekaan...
Hingga hinggap sebuah tanya, merdeka dari apa???
Merdeka dari penjajah???
Benarkah???
Dulu memang sang pahlawan berperang...
Dulu memang para pemuda maju ke gelanggang...
Dulu memang ke penjajah kita menyerang...
Sudahkah itu disebut merdeka???


Lagi-lagi datanglah hari itu...
Ya, hari yang konon katanya negeri ini merdeka...
Hari ke tujuh belas di bulan agustus...
Ketika orang ber-jas itu tersenyum,
Kami hanya bisa tertunduk,
Ketika para orator itu berkoar-koar,
Kami hanya bisa menahan lapar,
Ketika pengusaha semakin subur,
Kami hanya semakin terkubur...
Sudahkah itu disebut merdeka???


Lagi-lagi datanglah hari itu...
Ya, hari yang konon katanya negeri ini merdeka...
Hari ke tujuh belas di bulan agustus...
Mereka beramai-ramai merayakan hari itu...
Tapi, apa yang harus kami rayakan???
Haruskah merayakan sanak saudara kami yang mati?
Haruskah merayakan kami pun yang perlahan mati?
Mati karena terjajah orang yang mengaku saudara setanah air...
Mati karena sakit hati melihat pertiwi...
Mati karena kecewa para petinggi kami korupsi...
Mati karena sedih melihat seisi negeri...
Mati karena melihat petinggi sudah tak peduli...


Lagi-lagi datanglah hari itu...
Ya, hari yang konon katanya negeri ini merdeka...
Hari ke tujuh belas di bulan agustus...
Kami hanya bisa menutup mata kami
Dari kesedihan tanah kebun kami yang berubah menjadi industri
Kami hanya bisa menutup kekecewaan kami
Dari kesedihan melihat wakil kami hanya mengejar materi
Kami hanya bisa menutup harapan kami
Dari orang-orang yang ternyata sudah tak peduli


Lagi-lagi datanglah hari itu...
Ya, hari yang konon katanya negeri ini merdeka...
Hari ke tujuh belas di bulan agustus...
Ketika gedung-gedung semakin tinggi
Ketika industri semakin menguasai
Ketika pabrik semakin menjadi
Ketika penguasa sudah tak berhati
Ketika dewan yang mewakili kami sudah tak peduli
Katika tanah, udara dan air kami sudah tercemar polusi
Ketika rumah kami tertutup debu yang mencemari
Ketika air tak lagi mengalir
Haruskah kami dengan lantang berteriak merdeka?

Perih kawan...
Melihat merah putih yang berkibar karena sebuah keinginan
Ya, keinginan untuk merdeka tentunya
Merdeka di seantero nusantara
Tapi, realita kami sudah sangat jauh dari sejahtera
Dan akhirnya, merdeka pun hanya seruan sang penguasa



**Marlina Senja Utami**
Menyambut kemerdekaan RI ke-67, 17 Agustus 2012
Terinspirasi ketika menyusuri jalanan Karawang Selatan
Teruntuk rakyat yang sekarang sudah perlahan terkubur di tanah airnya sendiri




Tidak ada komentar:

Posting Komentar