marquee

Silih Asih ku Pangarti, Silih Asah ku Pangabisa, Silih Asuh ku Pangaweruh

Senin, 13 Oktober 2014

Rinjani... "Mengunjungi Langit Dewi Anjani" - (Part - 1)


Garuda Indonesia of Ticket (Photo by : Alin)

Ini adalah Idul Fitri...
Hari itu, takbir berkumandang di seantero negeri, Lafadz Allahu Akbar terucap di setiap lisan umat Islam. Ya, hari itu adalah hari Idul Fitri, perayaan lebaran setelah berpuasa di bulan ramadhan. Dan hari itu, hari yang cukup membuat saya senyum-senyum sendiri. Ya, malam ini juga perjalanan panjang akan dimulai :) ***saatnya jalan-jalaaaaaan, yeeeah!!!!

Sanak saudara silih berganti mengunjungi rumah ini. Kue, minuman segala jenis *berlabel halal* seakan siap disantap kapan pun saya mau. Di sudut rumah saja yang sedikit berbeda dari lebaran-lebaran sebelumnya. Perlengkapan perang saya di negeri orang siap memanjakan saya selama delapan hari ke depan (perlengkapan perang ini tanpa meriam dan peluru yang mematikan, #noted). Sleeping Bag, Jaket, baju ganti (yang katanya kebanyakan), matras, kaos kaki dan pacarnya si sarung tangan, sepatu yang belum lama dibeli berdasarkan hasil kegalauan, dan perlengkapan lainnya yang sampe lupa disebutin satu-satunya. Semuanya, sudah siap untuk dibawa menelusuri belahan surga Indonesia. 

Tik tok tik tok tik tok, Selepas dzuhur yang biasanya saya menjadi bakso hunter bareng sepupu yang datang dari berbagai penjuru mata angin, tetiba beralih menjadi seorang wanita rumahan **sumpah, gak keluar rumah sama sekali setelah shalat ied dan ziarah ke pemakaman keluarga**. Yaaaa perlu diketahui, pekerjaan saya saat itu di rumah cuma menerima tamu, dan menjadi manusia yang tak pernah lelah melihat jam dinding rumah menit demi menitnya. **ngarep dapet uang saku lebih dari bendahara keluarga karena menjadi anak baik yang anti ngayab, walau buat saat itu ajah** Walaupun, kegalauan saya mulai timbul ketika intensitas bapak menanyakan orang Harapan Baru Bekasi tiba-tiba meroket "kapan dijemput?, tuh langitnya mendung, ini udah sore" dan pertanyaan dibarengi penyataan lainnya yang cukup membuat dag dig dug der daia... :( #tripsayakaliiniterancamgagalTuhan

Yaaaa, jam 8pm itu mungkin belum malam, tapi hari sudah gelap captain... sang pangeran berSupra Fit pun baru kelihatan di depan gerbang rumah sebari senyum-salam-sapa ala anak sekolah yang kesiangan memasuki wilayah zonk guru piket! #halah... 
Dengan muka polos tanpa dosa *iya da baru lebaran* tetiba nyodorin carriel bermerk Deuteur futura Pro 42 yang siap menjadi pacar dari punggung yang haus akan dekapan cinta si tas punggung.


Packing di waktu mepet ituuuuuu GAK SUKA, maklum trauma pendidikan di kampus yang packingnya dipaksa berkecepatan cahaya... Akhirnya saya terpaksa melambai-lambaikan kain putih ibarat  menyerah pada sang musuh, pak captain bisa bantu packingin gak? merayu sambil senyum, yaaa berharap tidak diledek sepanjang perjalanan nanti... Anggukan kepala saya pikir menjadi tanda "ya" atas permintaan yang seharusnya gak usah diminta. Haha
Dalam waktu singkat, semua barang yang sudah 3 hari diamparin di alketif sederhana yang sudah perlahan lusuh pun lenyap disantap carriel yang sudah kokoh berdiri sendiri...


Packing done, makan malam selesai, dan ijin pun sudah berada di lampu hijau... Diakhiri ciuman pada tangan orang rumah, kuda besi yang FIT ini pun perlahan meninggalkan gerbang besi yang mulai ditutup oleh sang empu rumah.

Karawang  - Bekasi via Kalimalang malam itu tak semulus biasanya. Rintikan hujan menjadi hambatan yang harus kami hadapi... "Ada raincoat?" yaaaa saya sih ada, "kamu?" gelengan kepala, ya lagi2 bahasa tubuh itu langsung saya mengerti. Berhentilah di warung yang tak berpenghuni, gelap, dan untungnya bukan hanya kami yang numpang berteduh di sana. Bukan karena so berani diam di tempat yang gelap, karena tak ada lagi tempat terdekat untuk kami berteduh. So, setelah airnya kembali pada dekapan sang langit, perjalanan pun dilanjutkan. BEKASI, ya sepertinya tidak jadi planing A'ya, melihat waktu yang sumpek kayak bus trans Jakarta saat jam kerja, dan kondisi fisik yang mulai capek dengan agenda lebaranan, saya pun ditunda di salah satu tempat makan 24jam non stop yang gak jauh dari istana sang  kuda besi.

Tek tok tek tok tek tok, makanan sudah sirna, minuman pun sudah lenyap tak bersisa, penantian panjang itu pun akhirnya berakhir. Pria dengan perawakan marinir pun datang. Pesan makanan - makan - cus...

Awal penderitaan guys...
Ya, versi saya sih menderita itu di sini. Jalan kaki sh enggak, tapi pegelnya udah kayak turun Ciremai via Linggarjati. Carriel yang beratnya segaban pun dipaksa bercumbu bersama paha saya yang terbungkus celana berkantong yang saya kenakan, ya tak lupa satu carriel lagi masih setia menempel di punggung yang tetap saja menopang pada organ bernama bahu. Perfect kan pegelnya!!!

Lewat tengah malam, sampailah kami di rumah adek manis yang model shampo sun***k yang dikelilingi wajah-wajah tak asing bagi saya. Bontot, Apoy dan kembarannya, serta keluarga Desy yang sepertinya begadang demi menunggu kami datang. Pemandangan di sana memang tak menyenangkan *lirik logistik yang gak cukup dimasukin dalam carriel Apoy dan juga Desy. **Mamaaaaah, terancam packing ulang,bongkar carriel. Yaaaaaaaa, memang harus dan terpaksa *langsung bayangin gendong tuh carriel2*

Singkat ceritaaaa.... *****
Mobil pun siap mengantar kami ke Soeta, dengan waktu yang mepet *bagi Apoy*, ditambah paket titipan orang tua saya ketinggalan di rumah Desy, dag dig dug der pun menghampiri Apoy *inget loh yaaaa, hanya Apoy* so, kita masih santai sih... Maklum lah, efek di sms terus sama sesepuh kami, panggil beliau dengan sebutan papah **biar di list di daftar ahli waris**.

Apoy diturunin di terminal keberangkatan pesawatnya, sedangkan kami labas menuju terminal berikutnya. Da apa atuh aku mah, pisah pesawat juga sama papahku tercintah... Maap pah, bukan bermaksud.... *tunggu lanjutan kalimatnya*

Ngantuk yes, tidur no... Mau tidur di mana dengan bawaan segini rempongnyaaa... Demi Apoy, apalah daya, pesawat kami lebih lama waktu take off'ya daripada mereka, dan rumpi versus selfie jadi pilihan saya... kecuali si cowo yang berbadan marinir, abaikan dalam kegiatan kami ini. Hahaha
Tak ada yang spesial di kegiatan menunggu sampai akhirnya naik pesawat... Maklum lah, efek lelah dan ngantuk mungkin....


Pesawat Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA434, siap mengantarkan saya untuk mengunjungi salah satu surga yang dimiliki pertiwi. 5.30am, akhirnya terbanglah saya di seat 27B bersama kedua orang yang sudah tampak lelah di samping saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar