Ah harus berpisah :(( |
Malam tadi tak sedingin malam di Plawangan Sembalun. Tak ada yang membangunkan dini hari untuk summit, dan berasa badan ini ada di kondisi yang lebih baik. Hai mentari, terimakasih telah menyapa pagi ini walau embun masih enggan beranjak. Ah rasa tak sabar melihat Segara Anak menjadi pemicu saya untuk bergegas keluar tenda. Ah tenangnya hidup di lingkungan seperti ini. Jauh dari keramaian kota yang penuh polusi dan kebohongan para politisi. Senyum itu terukir karena menemukan secangkir kopi panas, yaaa bahagia itu sederhana.
Segara Anak (Photo by : Papah Muchlis) |
Segara Anak (Photo by : Ikhwan Setiawan) |
Mengingat hanya semalam kami di sini, mengabadikan moment kebahagian itu tak lengkap jika dokumentasi tak segera saya ambil, karena hanya itulah yang diperbolehkan untuk kami ambil di alam. Bergegas bersama Ikhwan, Desi, dan Papah Muchlis menuju pinggiran Segara Anak yang sudah ramai oleh pendaki lain yang sedang memancing atau sekedar menikmati keindahan alamnya. Yaaaa keindahan yang alam tawarkan memang tak dapat semua terurai bahasa. Di tengah danau pun masih tegak berdiri gunung Barujari yang ketinggiannya 2296-2376 mdpl yang terakhir erupsi pada 2 Mei 2009.
Backround Gunung Barujari (Photo by : Papah Muchlis) |
Pemandangan yang memanjakan mata dan raga saya, dan mungkin butuh waktu yang lama lagi untuk dapat berkunjung ke sini. Ah langitnya pun begitu menggoda pandangan saya, terimakasih untuk kecerahannya, dan bumi terimakasih untuk tetap setia menerima saya di sini. Untukmu kaki, terimakasih untuk kekuatan langkahnya, serta terimakasih tekad untuk semangatnya.
Tak lama memang untuk waktu kami menikmati keelokan di sini. Jam 9 a.m merupakan waktu untuk kami bergegas meninggalkan Segara Anak. Ya, Senaru menjadi tujuan akhir kami. Selain memiliki agenda lainnya di pulau Lombok ini, jadwal penerbangan Desi adalah lusa pagi. Tak ada waktu lagi untuk berleye-leye ria. Selepas sarapan dan packing, kami bertiga ditemani Pak Muzi pun bergegas naik ke arah Plawangan Senaru.
Meipir di pinggiran Segara Anak sampai akhirnya menemukan jalur menanjak ke arah Plawangan Senaru. Jalurnya memang lebih curam daripada jalur menuju arah ke Plawangan Sembalun. Akan tetapi, view yang didapat lebih keren (serius deh, ini keren). Pesona puncak Rinjani, Segara Anak, Gunung Batujari yang dikelilingi savana terpampang jelas memanjakan mata. Tuhan, saya semakin berat melangkah meninggalkan keindahan ini.
Indah kan yah Indonesia itu (Photo by : Ikhwan Setiawan) |
Puncak Rinjani, Segara Anak, dan Gunung Barujari (Photo by : Alin) |
Walau kembali nafas kami tersengal, diselingi candaan dan saling menyemangati satu sama lain, akhirnya kami sampai juga di Plawangan Senaru. Masih dengan jalanan pasir, kondisi plawangan ini memang lebih sepi daripada plawangan yang ada di Sembalun. Di tengah teriknya matahari, fiks kulit saya semakin menghitam.
Dari plawangan jalanan yang kami lalui mulai menurun. Turunannya bikin dengkul copot mur-murnya. Yaaaa, kaki saya mulai gak fokus berjalan. Apalagi setelah bertemu salah satu porter pendaki di jalan yang bertanya kepada saya dan Desi yang berjalan berdampingan "Mau camp di mana mbak?" dengan PD-nya kami sepakat menjawab "camp? kita mau langsung turun", "waduh gak akan mungkin bisa, sekarang jam berapa?" Jam 3 yah guys. Ya jam 3 kami belum sampai jalur hutan. Oh jalanan ini tiada akhir.
Walau agak bimbang antara langsung turun atau nambah hari, tapi kode yang diberikan porter kami adalah langsung turun. Oke kaki, masih kuat kan!. Dari pos 3 ke pos 1 itu waktu tempuhnya se-jam. ya sejam sampe pos ekstranya doang, Haha... lumayan bikin dengkul mau copot lah. Berhubung kami masih ditemani Pak Muzi, jadi sumber air, makanan, dan rutenya masih terjamin keamanannya.
Pak Muzi (Photo by : Ikhwan Setiawan) |
Jam 8 malam, barulah kami sampai di pos Senaru. Yaaaaa, pisang goreng yang kami beli di warung berasa amat sangat enak pake banget. Terlepas ini efek perut saya yang lapar ataukah baru nemu pisang goreng lagi. Kabar gembira jikalau kami sudah sampai dan bertemu warung sebelum jam 9. Kabar buruknya, ini bukan akhir perjalanan kaki saya. Ternyata kami harus kembali berjalan sampai menemukan penginapan untuk kami istirahat malam itu. Tidak memungkinkan untuk langsung kembali ke Mataram soalnya.
Oke, dibantu Pak Muzi, akhirnya kami dapat penginapan seharga 200 ribu semalam dengan fasilitas kasur yang luas ditambah 1 ekstra bad, sarapan pagi, dan kamar mandi yang cukup luas. Sudahlah, tak ada alasan untuk menolak di saat cape seperti itu. Akhirnya saya menemukan sabun, sampo, dan air bersih. Say good bye to debu-debu yang setia menempel di muka dan tangan saya.
Terimakasih Rinjani...
Terimakasih teman berjalan...
Senaru (Photo by : Ikhwan Setiawan) |
Dengan sampainya saya di Senaru, selesai pula feature perjalanan saya mengunjungi langit Dewi Anjani :)
Sampai jumpa di cerita lainnya ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar